20 Februari 2013

AKU DAN CERMIN

Sebuah cermin terpampang lusuh di sebuah bilik sempit nan buruk rupa
Menatapku selalu dalam keadaan yang sama
Persis.... tak bercela..
Menunggu keretakan yang menunggu usia
Dalam pampangan yang tergerus udara yang tak lama bersua
Diam.... tak bergoyang arahnya..

Cermin itu menunjukkan kegilaan
Sebuah sisi lain dari beratnya beban kelam
Sebuah sisi rahasia dari cerita yang bersinar lalu kembali buram
Menatapku seolah itu hanya sebuah ilusi hitam
Ah.. kau hanya cermin, tak lebih dari sebuah bayangan tak pula rupawan

Lalu, ku coba untuk melawan sosok gila yang selalu muncul di cermin itu
“Hei, kau tak mau menyingkir??” Kataku
“Kau selalu menampakkan wajah gila dan lusuhmu”
“Apa kau tak pernah berdandan bak ratu??”
“Apa kau ingin retak melebihi waktu??”

“Hei, apa kau lupa, aku ini cerminmu..”
“Apa kau lupa, tiap cermin nampak wajah tuannya”
“Apa kau tak sadar, akulah wajah aslimu”
“Berhentilah untuk pura pura senyum di hadapanku, ku tahu kau sudah gila.”
“Apakah kau akan terus percaya pada kepalsuanmu??”
“Kalau begitu, berhentilah berlalu di hadapanku, karena kau sebenarnya gila”
“Ada apa denganmu? Aku tak peduli, tapi aku tak mau menjadi sepertimu”
Cermin itu membalasku, meluapkan amarahnya..

“Baiklah, aku akan mengaku padamu.”
“Segenggam melati telah layu sebelum sempat ku taburi di air keruh..”
“Mengapa??”
“Karena air itu telah memiliki teratai, teratai yang membuatku kelu”
“Sedang melati itu hanya bisa layu”
“Aku hanya bisa begini, hingga telah datang padaku sebuah waktu.”

GILAAAA.... Tiba2 cermin itu menamparku, "hentikan lamunanmu" katanya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar