16 April 2013

KISAH SEBONGKAH BESI TUA

Ini adalah kisah singkat tentang sebongkah besi tua, yang dalam hidupnya tak pernah berhenti berharap untuk memiliki cahaya. Layaknya sebuah bintang yang bemerlap di tengah keramaian gelap malam. Ia berusaha, mencari, dan berdoa pada penciptanya agar segera menemukan cahaya itu.. Ia ingin menjadi sesuatu yang bernilai dengan sebuah cahaya. Karena ia yakin, sebuah cahaya akan memberikan ketenangan atas kegelisahan hidupnya, serta kesempurnaan seperti bintang, meskipun ia sadar bahwa ia bukanlah bintang...
Suatu hari, permohonan sang besi tua terkabul, tercapai. Ya, cahaya yang ia nantikan akhirnya muncul, cahaya yang amat terang, yang takkan sanggup siapapun menilai. Cahaya itu bersedia menjadikan sebongkah besi tua ini menjadi seperti bintang, lalu mengangkatnya lebih tinggi agar ia juga dapat merasakan bagaimana menjadi bintang, bagaimana menjadi sangat bercahaya, bukan sekedar besi tua tak bernilai..

Janji terucap, sebongkah besi tua telah mantap untuk menjadikan cahaya ini sebagai panduan hidupnya, sebagai cita rasa terakhir, sebagai penyempurna, dan sebagai hal terakhir yang dimilikinya jika sang Pencipta memanggilnya kembali ke sisi-Nya.. Sebongkah besi tua itu merasa sangat bahagia. Kebahagiaan yang tak ternilai, kebahagiaan yang takkan ia ganti dengan kebahagiaan lain, kebahagiaan yang ia yakini dan ia niatkan akan ia bawa hingga akhir waktu.. Meskipun ia tahu, ia tetaplah tak sama dengan bintang, namun ia tak peduli, biarkan bintang dengan cahayanya yang amat terang. Ia tetaplah sebongkah besi tua, dan ia bangga karena memiliki cahaya yang sangat sempurna di sisinya...

Hari berlalu, berbagai dinamika terjadi, sebongkah besi tua mulai merasakan keanehan pada cahayanya. Cahaya itu mulai meredup, mulai bergolak, mulai memberikan sentuhan aneh pada besi tua ini.. Si besi tua terlambat menyadari, cahaya yang ia banggakan tak lagi sama dengan yang awalnya ia temui, tak lagi sama dengan cahaya yang dulu begitu sempurna, tak lagi sama dengan cahaya yang dulu tak henti memberinya senyuman hangat.. Kini, cahaya itu meredup, mengedip tak betah, seiring dengan semakin dingin rautnya, seakan ingin segera pergi entah kemana..

Sebongkah besi tua merasa bersalah, ia sadar bahwa sebuah cahaya seperti itu hanya pantas untuk berada dalam genggaman bintang. Bukan dirinya, yang hanyalah sebongkah besi tua tak bernilai. Ia memutuskan untuk melepaskan cahaya itu, bebas menuju apa yang ia inginkan, agar senyum dan kesempurnaan cahaya itu dapat kembali seperti sediakala, dapat kembali terang, mungkin jika ia menemukan bintang yang tepat baginya.. Ya, bintang, bukan sebongkah besi tua tak bernilai seperti dirinya..

Kini, dengan perasaan hancur sebongkah besi tua itu kembali pada hakikatnya, kembali hilang dalam gelapnya malam di batas terendah, mencari-cari tempat berkeluh kesah, mencari setitik harapan yang mungkin masih ada, menengadahkan doa kembali pada penciptanya bahwa ia tak ingin selamanya hilang dalam gelap, ia tak ingin terus-terusan hidup penuh karatan dan keluhan. Ia ingin kembali bercahaya dan dapat terlihat dalam keramaian gelap malam.. Meskipun ia sadar, ia bukanlah bintang yang sangat bernilai.. Ia tetaplah sebongkah besi tua, dan selamanya akan begitu............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar